VARIASI GENETIK SEBAGAI DASAR EVOLUSI, MUTASI GEN,
FREKUENSI GEN DALAM POPULASI DAN HUKUM HARDY- WEINBERG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Evolusi
berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi organisme dari
satu generasi ke generasi berikutnya.Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh
kombinasi tiga proses utama: variasi, reproduksi, dan seleksi (Waluyo, L. 2004).
Suatu
individu tidak dapat mengalami evolusi, hanyalah suatu populasi yang
dapat mengalami hal tersebut. Komposisi
genetik dari suatu individu sudah ditentukan semenjak terjadinya
fertilisasi, yakni persatuan antara spermatozoid dengan sel sel telur.
Kebanyakan dari perubahan sepanjang hidupnya ialah suatu perubahan dialam
eksperesi dari potensi pertumbuahan yang terkandung didalam gen. Didalam
populasi, baik komposisi genetik maupun dari potensi pertumbuhan dapat
berubah. Perubahan komposisis genetik populasi adalah evolusi (Waluyo, L. 2004).
Keanekaragaman
merupakan faktor utama dari evolusi. Meskipun prosesnya diketahui pada masa
dikemukan oleh lamarck dan darwin, tanpa ada variasi (kenanekaragaman),
evolusi tiadak akan terjadi, dialam ada faktor yang bekerja untuk memepertahankan
keutuhan suatu jenis. Bila
ada secara sendiri maka kedu faktor tersebut seakan-akan bertentangan
dengan kedua faktor tersebut bekerja secara harmonis (Waluyo, L. 2004).
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana variasi
genetik sebagai dasar evolusi?
2.
Bagaimana mutasi
gen dan frekuensi gen dalam populasi
3.
Bagaimana
hukum Hardy-Weinberg
1.3 Tujuan
1. Mengetahui
variasi genetic sebagai dasar evolusi
2. Mempelajari
mutasi gen dan frekuensi gen dalam populasi
3. Mempelajari
hukum Hardy-Weinberg
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Timbulnya variabilitas
Melihat bagaimana
keanekaragaman, kita harus mulai dari suatu struktur yang paling kecil, tetapi
sangat penting, struktur tersebut adalah asam deoksiribonukleat yang terdiri
dari 4 macam asam nukleat, yakni adenin mitosin (C), guanin(G), dan timidin(T).
Bila asam amino terakhir diganti dengan urasil (U), maka asam nukleat
akan membentuk 20 macam asam amino esensial. Kini diketahui bahwa
kombinasi tiga dari keempat macam asam nukleat akan membentuk asam
amino. Kombinasi ini dikenal dengan kode genetik. Apabila ada 4 macam asam
nukleat yang membentuk asam amino, maka hanya diperoleh 16
kombinasi untuk 16 asam amino, sehingga tidak ditemukan 4 macam asam
amino esensial yang lain.
Secara
umum, setiap satu asam amino dikode oleh sekitar 3 macam kombinasi asam amino
dikode oleh satu kombinasi, sedangkan asam amino yang lani dikode oleh 6 macam
kombinasi. Dengan
demikian maka suatu asam amino dapat dihasilkan lebih banyak kemungkinan, yang menjadi
masalah sekarang adalah dari mana terjadinya keanekaragaman. Adanya satu
kode genetik
atau lebih belum dapat menerangkan terjadinya keanekaragaman.
Sejak
masa lampau, orang sudah mempertanyakan mengapa umur suatu organisme
sejenis tidak sama. Hal ini jelas terlihat apabila kita memelihara
tumbuhan atau hewan, atau kita melihat pada alam disekitar kita dan diri kita
sendiri, sebagai manusia. Keluarga pada zaman dahulu umumnya mempunyai anak lebih
dari dua, demikian juga dengan hewan. Pada katak dapat kita lihat bahwa jumlah
telur yang dihasilkan berjumlah beratus-ratus butir. Bila semuanya hidup
dan berkembang
biak, mungkin kini seluruh permukaan bumi dipenuhi oleh katak atau
organisme lainnya. Namun hal ini tidak terjadi hanya individu yang
sehat dan kuat, atau hampir sempurna dalam semua aspek kehidupan yang
dapat bertahan. Jadi
alam sudah menyeleksi, mana yang baik dan mana yang tidak baik atau
kurang baik.
Ikan
yang selalu di aquarium yang beri makanan cukup, semua kondisi hidup
dicukupkan. Bila semua individu kita seleksi sehingga dapat dikategorikan
sebagai sama dan hampir sempurna sekalipun, jumlahnya hanya bertambah pada satu
periode saja. Padahal
semua pasangan yang hidup dalam aquarium tersebut sehat dan berpotensi untuk
berkembang biak. Ada satu hal yang menyebabkan ikan- ikan tersebut
tidak berkembangbiak, yakni yang tidak cukup. Ikan- ikan sepertinya tahu
bahwa bila mereka terus berkembang biak, maka tidak dapat bergerak bebas.
Hal ini yang kita sebut
sebagai daya dukung dari aquarium tersebut, jadi selain struktur
biologis yang hampir sempurna, makanan, daya dukung tempat ikut
menentukan sukses tidaknya suatu jenis dimuka bumi ini.
Setiap
organisme mempunyai kisaran toleransi. Misalnya manusia muda (bayi) mempunyai
kisaran toleransi suhu tubuh 35- 42 0C.
Pada manusia dewasa, biasanaya batas kisarannya tersebut adalah: 36-41 0C,
diluar batas kisaran tersebut manusia tidak dapat bertahan hidup dan akan mati.
Kisaran suatu spisies tidak saja terbatas pada toleransi, namun dapat pula
menyangkut aspek-aspek apa saja. Semua atau hampir semua aspek-aspek
tersebut dikode oleh suatu gen. Contoh- contohnya variabilitas antara
lain:
2.2 Variasi genetik sebagi dasar evolusi
Variasi
genetik dalam populasi yang merupakan gambar dari adanya perbedaan respon
individu-individu terhadap lingkungan adalah bahan dasar dari perubahan
adaptif. Suatu populasi terdiri dari suatu sejumlah individu. Dengan suatu
kekecualian, maka, tidak ada dua individu yang serupa, pada populasi
manusia dapat kita lihat dengan muda adanya perbedaan-perbedaan individu :
misalnya dipunyainya ciri-ciri anatomi, fisiologi dan kelakuan yang
khusus. Hal ini dapat kita lihat pada kucing dan anjing dan kuda, variasi
individu pada cacing, burung jalak, bajing atau bayam sukar sekali kita
dapatkan meskipun hal itu ada. Meskipun variasi individu ini terdapat dan
hali ini mungkin tidak dapat kita lihat oleh mata kita, hal ini terjadi pada
binatang bersel satu sampai dengan ikan paus. Dengan demikian, populasi terdiri
dari sejumlah individu yang memiliki sifat penting tetapi berbeda satu sama
lain didalam berbagai hal.
Fenotipe suatu
individu organisme dihasilkan dari genotipe dan
pengaruh lingkungan organisme tersebut. Variasi fenotipe yang substansial pada
sebuah populasi diakibatkan oleh perbedaan genotipenya. Sintesis evolusioner modern mendefinisikan
evolusi sebagai perubahan dari waktu ke waktu pada variasi genetika ini.
Frekuensi alel tertentu akan berfluktuasi, menjadi lebih umum atau kurang umum
relatif terhadap bentuk lain gen itu. Gaya dorong evolusioner bekerja dengan
mendorong perubahan pada frekuensi alel ini ke satu arah atau lainnya. Variasi
menghilang ketika sebuah alel mencapai titik fiksasi,
yakni ketika ia menghilang dari suatu populasi ataupun ia telah menggantikan
keseluruhan alel leluhur.
Variasi
berasal dari mutasi bahan genetika,
migrasi antar populasi (aliran gen), dan perubahan susunan gen
melalui reproduksi seksual.
Variasi juga datang dari tukar ganti gen antara spesies yang berbeda: contohnya
melalui transfer gen horizontal pada
bakteria dan hibridisasi pada tanaman. Walaupun terdapat variasi yang terjadi
secara terus menerus melalui proses-proses ini, kebanyakan genom spesies
adalah identik pada seluruh individu spesies tersebut. Namun, bahkan perubahan
kecil pada genotipe dapat mengakibatkan perubahan yang dramatis pada
fenotipenya. Misalnya simpanse dan manusia hanya berbeda pada 5% genomnya.
Perbedaan-
perbedaan diatas dapat kita lihat dengan nyata dan dapat pula sangat samar-
samar. Dengan demikian, jika terjadi suatu seleksi yang menentang
beberapa varian dan seleksi menguntungkan untuk varian lain didalam suatu
populasi, maka komposisi kesehatan dari populasi itu dapat berubah dengan
berjalannya waktu, sebab sifat dari populasi itu ditentukan oleh induvidu
didalamnya. Secara umum variasi genetik dapat dibedakan menjadi 5 penyebab
(agensia evolutif), yakni mutasi rekombinasi gen, genetic drift, gen flow
dan seleksi alam
255.
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal
lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur.
Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at
di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka
dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah
melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi[161] Allah meliputi
langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah
Maha Tinggi lagi Maha Besar (QS. Al-Baqarah:255)
2.2.1 Mutasi
1) Pengertian, macam, dan
sebab mutasi
a).
Pengertian mutasi
Ada
beberapa kutipan yang dapat membantu kita dalam usaha menyimak
pengertian mutasi.
“although
genes can reproduce them selves exaetty for many generations they do
occasinally undergo abrupt changes called mutations. Mutations involves a
change in the chemical arrangement ag a gene so that there is a
diffrence in the structure and action of a gene “(hickman, 1970 dalam
mubadi, 1985)”
It
is also know taht gene may undrego slight alterations, with a resultant change
in some character ……” any modificationof achromosome and the accompaying
altertions of a the plant in questions is a mutations “(robbins, 1957dalam
mubadi, 1985):”
Although
gene are remarkably stable and are…………they do from a time to time undergo
changes called mutations “ (ville, et al dalam mubadi, 1985).
Mutations
is the given to all these proceses “with result in change the heredity
material(simpsom, 1957).
Mutasi
adalah suatu perubahan frekuensi dan kombiasi alel, gen, atau kromoson
secara seketika (spontan)(sidharta, 1995).
Dari
kutipan- kutipan tersebut diatas bahwa mutasi diartikan sebagai perubahan
faktor keturunan atau sifat keturunan (gen) dan perubahan itu bersifat
fisikokimia.
Mutasi
terjadi secara acak, yang beradaptasi hanya sebagian kecil. Bila suatu mutasi
mempunyai nilai ketahanan dan bentuk baru yang diturunkan telah nampak, maka
ketahanan, kedewasaan dan reproduksi dari bentuk baru itu tidak bersifat acak
lagi. Mereka, cenderung untuk bertambah dalam populasi dibandingkan dengan
anggota populasi lain yang mempunyai nilai seleksif rendah. Walaupun mutasi
adalah dasar variasi, tetapi peranannya hanya kecil. Lebih penting yaitu: kombinasi dan
poliploidi.
b).
Macam mutasi
Ada
beberapa macam mutasi atas dasar sudut pandang tertentu. Hal-hal berikut ini
menunjukkan beberapa macam mutasi berdasarkan atas berbagai sudut pandang.
1).
Berdasarkan tempat terjadinya
·
Mutasi kecil (point mutation)
Mutasi
kecil adalah perubahan yang terjadi pada susunan molekul (ADN) gen. Lokus gen sendiri
tetap. Mutasi jenis ini yang menimbulkan perubahan alel. Mutasi gen
diartikan sebagai suatu perubahan fisiokimiawi gen. Perubahan fisiokimiawi gen
yang terjadi antara lain dapat berupa perubahan atau pergantian pasangan
basa. Misalnya pasangan A-T diganti menjadi G-C: peristiwa semacam ini antara
lain disebabkan karena terjadi satu basa purin ataupun pirimidin oleh senyawa
lain yang analog semacam zaguanin atau bromouracil C-G. Sebagai akibat
peristiwa lain.
·
Mutasi besar (gross
mutation)
Mutasi
besar adalah perubahan yang terjadi pada stuktur dari kromosom. Istilah khusus
mutasi kromosom yakni aberasi. Sehingga untuk selanjutnya istilah aberasi
dipakai untuk mutasi kromosom, sedangkan istilah mutasi khusus untuk mutasi gen
saja.
2).
Berdasarkan macam sel yang mengalami mutasi
·
Mutasi
somatis (mutasi vegetatif)
Mutasi
somatis adalah mutasi yang terjadi pada sel soma. Bila perubahan sel
somatis demikian besar, sel-sel dapat mati. Dan
kalau dapat bertahan hidup memiliki kelainan atau tak berfungsi secara normal.
Bila sel somatis tidak tidak meliputi daerah yang luas, yang kurang
penting, tidak membahayakan. Tetapi
bila meliputi daerah yang luas atau alat yang amat penting dapat membahayakan
bahkan dapat mematikan.
Bila
perubahan sel itu terjadi ketiak sel somatis sedang giat membelah seperti dalam
embrio dapat mengakibatkan karakter abnormal waktu lahir, tetapi tidak diturunkan
kepada generasi berikutnya. Makin
muda jaringan yang mengalami perubahan genetis makin luas akibat abnormalan
yang ditimbulkannya sebaliknya
makin dewasa jaringan itu ketika mengalami keabnormalan dan dapt ditolerir.
Dalam
bidang pertanian mutasi vegetatif banyak dipakai untuk meninggikan produksi da n mutu, seperti
terhadap apel, anggur
dan jeruk. Dibuat perubahan induksi pada suatu cabang pohon dewasa (misalnya
dengan colchicine). Lalu cabang distek atau dicangkok, dan dibiakkan secara
vegetatif pula. Sedangkan secara alamiah perubahan vegetatif pada tumbuhan
dapat menimbulkan beraneka warna (belang) pada endosperm (biji), daun dan
mahkota bunga. Misalnya pada ercis dan bunga pukul 4.
·
Mutasi germinal (mutasi
gametis/ generatif)
Mutasi
germinal adalah mutasi yang terjadi sel germinal (terdapat didalam
gonad). Hal ini terjadi terdapat pada mahkluk hidup bersel banyak dan bukan
yang bersel satu. Atau strukturnya yang lebih sederhana. Bila perubahan
berlangsung pada gamet. maka akibat yang ditimbulkan begitu hebat dan
gametpun segera mati. Kadang menyebabkan gamet tidak mampu melakukan pembuahan
dengan wajar. Oleh karena itu tak diteruskan pada keturunananya. Tetapi bila
perubahan tidak begitu hebat dan gamet dapat melakukan pembuahan, terjadi
generasi baru yang menerima peruahan bahan genetik tersebut.
Bila
gonad terkena langsung radiasi atau diberi bahan kimia seperti gas murtad, maka
kemungkinan besar mengalami perubahan genetis pada gamet. Namun kalau radiasi
terjadi pad bagian tubuh yang lain, bukan langsung ke gonad, suatu saat gonad
menerima akibat radiasi secara tidak langsung itu. Bila radiasi menimbulkan
ionisasi berantai pada jaringan dan akhirnya mencapai inti sel gamet.
Makin
dekat bagian tubuh yang kena radiasi ke gonad, makin besar kemungkinan gamet
menerima perubahan genetis. Sebaliknya
semakin jauh bagian tubuh yang kena radiasi dari gonad, makin kecil kemungkinan
gamet menerima perubahan genetik itu.
3).
Berdasarkan faktor penyebab mutasi
·
Mutasi alami (spontan)
Mutasi
alam adalah mutasi yang terjadi secara alami (tanpa dibuat dan disengaja
manusia). Penyebab dari mutasi alamiah antara lain:
o
Sinar kosmos
o
Batuan radioaktif
o
Sinar ultraviolet
matahari
Sesuatu
yang tidak jelas dalam metabolisme sehingga terjdi kekeliruan dalam sintesis
bahan genetik. Dan radiasi
ionisasi internal dari bahan radioaktif yang mungkin terkandung dalam jaringan
(lewat makanan atau minuman yang terkena pencemaran zat radioaktif sinar kosmos berasal dari angkasa luar,
meradiasi bumi dengan partikel (butiran) berenergi tinggi, yakni proton,
positron, (bagian jumlah perubahan spontan).
·
Mutasi buatan
Mutasi
spontan merupakan mutasi yang sengaja dibuat oleh manusia, yang biasa
diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu. Misalnya dibidang budidaya, perakitan
bibit dan lain-lain. Usaha- usaha manusia dalam perubahan genetik dalam bentuk
bahan makanan antara lain:
Pemakaian
bahan radioaktif untuk diagnosis, terapi, deteksi, sterelisasi dan pengawetan
bahan makanan, penggunaan
senjata nuklir, roket,
televisi, reaktor yang menggunakan bahan bakar radioaktif.
Mutasi
buatan tidak selalu berakibat buruk. Banyak sekali jasa bahan radioaktif
terhadap kesejahteraan hidup manusia. Terutama mengembangkan keturunan baru
tanaman. Perubahan mutasi buatan yang dilakukan pada gandum, buncis, tomat,
ternyata dapat meningkatkan mutunya. banyak tanaman panen (padi jagung gandum)
yang dikembangkan sehingga tahan terhadap suatu jenis hama.
4).
Berdasarkan jumlah faktor keturunan
·
Mutasi bertahap (mutasi
mikro)
Mutasi mikro adalah mutasi yang terjadi atas satu
atau sekelompok kecil faktor keturunan.
·
Mutasi lompatan (mutasi
makro)
·
Mutasi makro merupakan
mutasi yang terjadi atas sejumlah besar atau mungkin seluruh faktor keturunan.
Dalam
ruang lingkup mekanisme evolusi, terdapat dua macam pendapat tentang dampak
perubahan yang efektif supaya evolusi mahkluk hidup dapat berlangsung, pendapat
pertama, mengatakan bahwa penyebab variasi (penyebab perubahan) yang lebih
efektif adalah perubahan bertahap. Dalam kurun waktu yang cukup lama sedikit
demi sedikit akan terjadi akumulasi demikian banyak variasi yang mengarah
pada timbulnya kelompok- kelompok baru (yang ditinjau dari sudut tinjauan
tingkat takson tertentu mungkin sudah berbeda dengan sebelumnya). Dalam hubungan
dengan ini dikataka bahwa mutasi lompatan, skala perubahan adalah demikian
besar sehingga turunan yang mewarisi banyak ciri yang sekaligus berubah,
relatif tidak beradaptasi. Pendapat kedua mengatakan bahwa penyebab variasi
yang efektif adalah mutasi lompatan : dikatan bahwa yang terjadi karena
mutasi bertahap tidak dapat mengarah kepada terbentuknya spesies baru
(spesiasi). Namun demikian, dari pendapat tersebut yang paling banyak dianut
adalah pendapat yang pertama.
5).
Berdasarkan manfaat bagi individu atau populasi yang mengalami
·
Mutasi yang merugikan
Mutasi
yang merugikan adalah mutasi yang berakibat timbulnya ciri dan kemampuan yang
kurang atau tidak adaptip pada individu (populasi)
·
Mutasi yang
menguntungkan
Mutasi
yang menguntungkan adalah mutasi yang berakibat timbulnya ciri dan kemampuan
yang semakin adaptip pada individu (populasi), diantara kedua mutasi itu, yang
paling banyak terjadi adalah mutasi yang merugikan: akan tetapi dalam ruang
lingkup mekanisme evolusi, dampak perubahan karena mutasi efektif adalah
mutasi yang menguntungkan.
C. Penyebab
mutasi
Faktor-
faktor yang menjadi penyebab terjadinya mutasi adalah demikian banyak
aspek variabel faktor lingkungan. Faktor- faktor tersebut dikenal sebagai
mutagen. Pada umumnya faktor- faktor lingkungan penyebab mutasi (mutasi) dibagi
menjadi:
a).
Faktor fisika (radiasi)
Agen
mutagenik dari faktor fisika brupa radiasi. Radiasi yang bersifat mutagenik
antara lain berasal dari sinar kosmis, sinar ultraviolet, sinar gamma, sinar
–X, partikel beta, pancaran netron ion- ion berat, dan sina- sinar lain yang
mempunyai daya ionisasi.
Radiasi
dipancarkan oleh bahan yang bersifat radioaktif. Suatu zat radioaktif dapat
berubah secara spontan menjadi zat lain yang mengeluarkan radiasi. Ada radiasi
yang menimbulkan ionisasi ada yang tidak. Radiasi yang menimbulkan ionisasi
dapat menembus bahan, termasuk jaringan hidup, lewat sel-sel dan membuat
ionisasi molekul zat dalam sel, sehingga zat- zat itu tidak berfungsi normal
atau bahkan menjadi rusak. Sinar tampak gelombang radio dan panas dari matahari
atau api, juga mem,bentuk radiasi, tetapi tidak merusak.
b).
Faktor kimia
Banyak
zat kimia bersifat mutagenik. Zat- zat tersebut antara lain adalah sebagai
berikut:
Pestisida
Ø DDT,
insektisida dipertanian dan rumah tangga.
Ø DDVP, insektisida,
fumigam, helminteik ternak
Ø Aziridine, dipakai
pada industri tekstil, kayu dan kertas untuk membasmi lalat rumah, mutagen pada
tawon, mencit, neurospora, E, coli dan bakteriofage T4.
Ø TEM, dipakai
dalam teskstil dan medis (agen antineoplastik). Membasmi lalat rumah.mutagen
pada mencit dan serangga, jamur, aberasi pada memcit, allium e coli dan
lekosit.
Industri
Ø Formadehid. Zat
ini digunakan dalam pabrik resin, tekstil, kertas dan pupuk, disenfektan benih,
dan fungisida, anti pai , anti kusut pada tekstil . banyak dijumpai pada asap
tembakau, asap mobil, mesin serta buangan pabrik tekstil. Mutagen pada drosophila,
neuspora dan E, coli.
Ø Glycidol.
Zat yang digunakan untuk membuat zat kimia yang lain seperti, eter, ester, amin
untuk farmasi, dan tekstil bersifat antibakteri dan antijamur pada makanan,
mutagen pada drosophila, neuspora, aberasi dan jaringan mencit.
Ø DEB
(butadiene deipoxide), mencegah mikroba, untuk tekstil dan farmasi, mutagen
pada drosophila, neuspora dan E, coli . salmonella,
penicillium, lalat rumah ragi, jagung, tomat dan mamalia. Aberasi pada
allium, drosophila dan mamalia.
Makanan
dan minuman
Ø Caffein.
Banyak didapatkan pada minuman, kopi, teh, cokelat, dan limun yang mengandung
cola. Pada bidang medis untuk antihistamin dan obat pusing, pengembang pembuluh
darah, koroner. Mutagen lemah pada drosophila, mutagen letal adan aberasi pada
bakteri, bakteriofage, dan kultur sel orang,
Ø Siklamat
dan sikloheksilamin. Banyak dipakai untuk penyedap makanan dan minuman, aberasi
secara invitro pada orang dan tikus.
Ø Natriun
nitrit dan asam nitrit zat ini digunakan mengawetkan daging, ikan dan
keju, mutagen pada bakteri dan jamurdan virus: menghalangi replikasi ADN.
Obat
Ø Siklofosfamid. Pelawan
berbagai jenis tumor. Toragen pada tikus, mutagen pada drosophila, mencit.
Aberasi pada kultur jaringan orang.
Ø Metil
di-kloro etil amin. Banyak digunakan diklinik. Mutagen pada mencit, drosophila,
aberasi pada Allium.
Ø Antibiotik .
sebagian berasal dari streptomyces, seperti mitomysin C, azaserine,
streptonigrin, phleomycin. Anti neoplasma. Penghalang replikasi DNA. Mutagen
pada drosophila. Aberasi pada kultur lekosit orang.
Ø Aminopterin 4-
aminoflic dan methoteraxate. Kedua zat antagonis terhadap asam folat. Banyak
dipakai pengobatan kanker, seperti leukimia, dan choriocarcinoma, aberasi
pada kultur lekosit..
c).
Faktor biologi
Lebih dari
20 macam virus penyebab kerusakan kromosom. Misalnya virus hepatitis
menimbulkan aberasi pada darah dan sumsum tulang. Virus campak, demam kuning,
dan cacar juga dapat menimbulkan aberasi.
2.2.2 Rekombinasi gen
Rekombinasi genetika merupakan proses pemutusan seunting
bahan genetika (biasanya DNA, namun juga bisa RNA) yang kemudian diikuti oleh penggabungan dengan molekul
DNA lainnya. Pada eukariota rekombinasi biasanya terjadi selama meiosis sebagai pindah silang
kromosom antara
kromosom yang berpasangan. Proses ini menyebabkan
keturunan suatu makhluk hidup memiliki kombinasi gen yang berbeda dari orang
tuanya, dan dapat menghasilkan alel kimerik
yang baru. Pada biologi evolusioner, perombakan gen ini diperkirakan memiliki
banyak keuntungan, yakni mengijinkan organisme yang bereproduksi secara seksual
menghindari Ratchet Muller.
Secara
alami, rekombinasi gen terjadi saat pembelahan meiosis terjadi, (jadi bukan saat
fertilisasi), yaitu ketika fase yang disebut sebagai “pindah silang” atau
crossing over, pada profase I (silahkan lihat tahapan pembelahan meiosis untuk
lebih jelasnya). Pada fase itu, gen-gen dari pasangan kromosom homolog saling
bertukaran. Seperti kita ketahui, manusia memiliki 2 set kromosom yang saling
berpasangan, satu set kromosom yang membawa sifat-sifat ayah, dan satu set
kromosom yang membawa sifat-sifat ibu. Pada pembelahan mitosis (perbanyakan
sel), kedua set kromosom tersebut akan diperbanyak apa adanya, jadi tidak ada
perubahan susunan gen. Namun, pada saat pembelahan meiosis, yaitu pada
pembentukan sel gamet (yang nota bene hanya punya satu set kromosom),mterjadi
pndah silang, sehingga satu set kromosom hasil dari pembelahan meiosis akan
membawa kombinasi sifat ayah da sifat ibu.
Berikut
ini adalah informasi – informasi tentang rekombinasi gen seksual seperti
disebutkan dibawah ini:
Hukum
mandel 1 dan hukum mandel 11, tentang hukum pemisahan dan rekombinasi faktor-
faktor keturunan yang terjadi selama meiosis. Pada mahkluk hidup yang
bereproduksi secara sseksual, peristiwa fertilisasi didahului oleh proses
pembentukan gamet (meiosis). Proses meiosis menghasilkan gamet-gamet yang
mempunyai jumlah kromosom sebanyak separuh dari jumlah kromosom sel
induknya. Pada proses meiosis inilah terjasi pemisahan faktor-
faktor keturunan dari masing- masing alelnya secara bebas. Peristiwa
pemisahan yang berlangsung secara bebas itulah yang lebih
terkenal dengan hukum mandel 1: sebaliknya peristiwa kombinasi
secara bebas lebih dikenal dengan hukum mandel II. Dengan
peristiwa pemisahan dan rekombinasi secara bebas inilah menyebabkan kandungan
faktor keturunan pada tiap gamet, secara keseluruhan tidak sama satu sama lain.
Dengan kata lain secara keseluruhan tiap-tiap gamet berbeda satu dengan
yang lainnya.
Hereditas
mendel
1. Perubahan
dalam gen dapat disebabkan:
Mutasi
: apabila gen A berubah menjadi a dan sebaliknya, maka frekuensi yang
dinyatakan oleh p dan q dalam (p + q)2 akan berubah.
2.
Perbedaan pembagian ke gen pool.
Pembawa
(carrier) dari sebuah genotipe dapat berbeda dalam membagi ke gen pool dari
generasi berikutnya, perbedaan dalam nilai adaptif dapat menyebabkan perubahan
dalam frekuensi gen.
3.
Migrasi: perbedaan migrasi dari pembawa gen A dan gen a kedalam atau
keluar populasi akan mengakibatkan perubahan.
4.
Penghanyutan genetik (genetic – drift)
Pada
populasi kecil variasi yang terjadi secara kebetulan dapat menjadi penting.
Perkawinan sendiri atau antara saudara dapat mengubah frekuensi gen.
Mutasi
merupakan sumber dari perubahan genetik, bila suatu mutasi meningkatkan kemauan
untuk hidupnya hanya 1% maka untuk terbentuknya ½ populasi perlu waktu 100
generasi. Jadi peranan reproduksi seksual sangat penting. Melalui reproduksi
seksual dan seleksi alam, evolusi dapat menjadi terarah.
2.2.3 Gene flow
Aliran gen atau gene
flow merupakan pertukaran gen antar populasi, yang biasanya merupakan
spesies yang sama. Contoh aliran gen dalam sebuah spesies meliputi migrasi dan
perkembangbiakan organisme atau pertukaran serbuk sari.
Transfer gen antar spesies meliputi pembentukan organisme hibrid dan transfer gen horizontal.
Migrasi
ke dalam atau ke luar populasi dapat mengubah frekuensi alel, serta menambah
variasi genetika ke dalam suatu populasi. Imigrasi dapat menambah bahan
genetika baru ke lungkang gen yang
telah ada pada suatu populasi. Sebaliknya, emigrasi dapat menghilangkan bahan
genetika. Karena pemisahan reproduksi antara
dua populasi yang berdivergen diperlukan agar terjadispesiasi,
aliran gen dapat memperlambat proses ini dengan menyebarkan genetika yang
berbeda antar populasi. Aliran gen dihalangi oleh barisan gunung, samudera, dan
padang pasir. Bahkan bangunan manusia seperti Tembok Raksasa Cina dapat
menghalangi aliran gen tanaman.
Gene
flow (alur gen), akibat adanya imigran yang dapat menambah alela baru
kedalam unggun gen suatu “deme”, sehingga dapat merubah frekunsi alela. Alur
gen berarti kisaran imigran mulai dari yang sangat rendah kesangat tinggi
tergantung dari jumlah individu yang datang dan seberapa banyak perbedaan
genetik yang ada pada individu- individu dalam “deme” yang dapat bergabung.
Bila tidak ada perbedaan yang banyak antara “ deme- deme” dalam
populasi yang besar, maka pergerakan individu dalam jumlah yang sangat
kecil diantara “ deme- deme” di pandang cukup kuat dapat menjaga frekuensi
alela tetap sama.
Bagaimanapun
juga bila informasi genetik sangat berbeda, imigrasi kecil dapat menghasilkan
perubahan frekuensi alela yang sangat besar. Misalnya hibridisasi,
perkawinan dalam ( interbreeding) diantara individu- individu yang termasuk
dalam spesies yang dianggap berbeda mungkin saja terjadi. Hibridisasi
semacam itu mugkin membawa banyak alela baru kedalam populasi dan memungkinkan
menjadi penyebab dimulainya kecenderungan baru dalam evolusi penerima.
Banyak
spesies yang terdiri dari penduduk lokal yang anggotanya cenderung untuk berkembang
biak di dalam kelompok. Setiap penduduk lokal dapat mengembangkan gen yang
berbeda dari yang lain penduduk lokal. Namun, anggota dari satu populasi dapat
berkembang biak dengan sesekali imigran dari populasi yang berdekatan dari
spesies yang sama. Hal ini dapat memperkenalkan gen baru atau mengubah
frekuensi gen yang ada di warga.
Dalam
banyak tanaman dan beberapa binatang, aliran gen dapat terjadi tidak hanya
antara sub-populasi
dari spesies yang sama tetapi juga antara yang berbeda (tapi masih berhubungan)
spesies. Jika hibrida kemudian berkembang biak dengan salah satu jenis
orangtua, gen baru masuk ke kolam gen dari populasi induk. Ini hanyalah aliran
gen antara spesies daripada dalam diri mereka. Berikut ini adalah contoh gambar
dari gene flow :
2.2.4 Genetic drift
Hanyutan
genetik, ingsut genetik, penyimpangan genetik, atau rambang genetik dalam genetika populasi,
merupakan akumulasi kejadian acak yang
menggeser tampilan lungkang gen (gene
pool) secara perlahan dari keadaan setimbang,
namun semakin membesar seiring berjalannya waktu. Sebenarnya, istilah “genetik”
kurang tepat dan yang lebih baik adalah “alel“,
karena yang sebenarnya terjadi adalah proses perubahan frekuensi alel suatu
populasi karena yang berubah adalah frekuensi dari alel-alel yang ada di dalam
populasi yang bersangkutan. Hanyutan genetik berbeda dari seleksi alam. Yang terakhir ini
merupakan proses tak acak yang memiliki kecenderungan membuat alel menjadi
lebih atau kurang tersebar pada sebuah populasi dikarenakan efek alel pada
kemampuan individu beradaptasi dan reproduksi.
Genetic
drift adalah lepasnya frekuensi alela secara kebetulan. Peristiwa ini
sangat berarti pada populasi yang sangat kecil. Kenyataannya 1 dari 2 alela
mempunyai peluang untuk lepas adalah kira-kira 0, 8%. Hilangnya gen selalu
mempengaruhi frekuensi alela pada beberapa tingkat tetapi pengaruh tersebut
menurun pada populasi yang berukuran besar. Karena itu dalam populasi
kecil, kurang dari 100 individu hilangnya gen masih cukup kuat pengaruhnya
terhadap frekuensi alela, meskipun ada agenesia evolutif lain yang berperanan
pada saat itu juga terhadap perubahan frekuensi alela dalam arah yang
berbeda. Berikut ini contoh dari genetic drift.
Genetic
drift: When the beetles reproduced, just by random luck more brown genes than
green genes ended up in the offspring. In the diagram at right, brown genes
occur slightly more frequently in the offspring (29%) than in the parent
generation (25%).
Genetic
drift – Random events, particularly in small populations, may profoundly
alter gene frequencies in each subsequent generation. An example is the
“founder” effect, in which the characteristics of a small population colonizing
a new habitat may be very different than the characteristics of the larger
population from which the founders are derived.
Berikut ini ilustrasi yang menggambarkan perbedaan atara
enetic drift dan gene flow.
Gambar 1. ilustrasi perbedaan antara genetic drift dan
gene flow
2.2.5 Seleksi alam
a. Pengertian
seleksi alam
Seleksi
alam yang dimaksud dalam teori evolusi adalah
teori bahwa makhluk hidup yang
tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya lama kelamaan akan punah. Yang
tertinggal hanyalah mereka yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Dan
sesama makhluk hidup akan saling bersaing untuk mempertahankan hidupnya.
Masih
jelas teringat di benak kita tentang teori evolusinya yang menceritakan bahwa
awalnya jerapah ada yang berleher pendek dan ada yang berleher panjang. Lalu
jerapah yang berleher panjang lebih mudah menjangkau daun-daun muda yang
tempatnya memang lebih tinggi dibandingkan dengan jerapah berleher pendek.
Akhirnya, jerapah berleher panjang dapat bertahan hidup dan jerapah berleher
pendek perlahan-lahan akan punah. Ini yang disebut Charles Darwin sebagai
“Seleksi Alam”.
Gambar 2. Perubahan sifat poligeis yang disebabkan
seleksi alam
Seleksi alam adalah proses
dimana mutasi genetika yang meningkatkan reproduksi menjadi (dan tetap) lebih
umum dari generasi yang satu ke generasi yang lain pada sebuah populasi. Ia
sering disebut sebagai mekanisme yang “terbukti sendiri” karena:
Variasi
terwariskan terdapat dalam populasi organisme. Organisme menghasilkan keturunan
lebih dari yang dapat bertahan hidup. Keturunan-keturunan ini bervariasi dalam
kemampuannya bertahan hidup dan bereproduksi.
Kondisi-kondisi
ini menghasilkan kompetisi antar organisme untuk bertahan hidup dan
bereproduksi. Oleh sebab itu, organisme dengan sifat-sifat yang lebih menguntungkan
akan lebih berkemungkinan mewariskan sifatnya, sedangkan yang tidak
menguntungkan cenderung tidak akan diwariskan ke generasi selanjutnya.
Konsep
pusat seleksi alam adalah kebugaran evolusi organisme.
Kebugaran evolusi mengukur kontribusi genetika organisme pada generasi
selanjutnya. Namun, ini tidaklah sama dengan jumlah total keturunan, melainkan
kebugaran mengukur proporsi generasi tersebut untuk membawa gen sebuah
organisme. Karena itu, jika sebuah alel meningkatkan kebugaran lebih daripada
alel-alel lainnya, maka pada tiap generasi alel tersebut menjadi lebih umum
dalam popualasi. Contoh-contoh sifat yang dapat meningkatkan kebugaran adalah
peningkatan keberlangsungan dan fekunditas.
Sebaliknya, kebugaran yang lebih rendah yang disebabkan oleh alel yang kurang
menguntungkan atau merugikan mengakibatkan alel ini menjadi lebih langka.
Adalah penting untuk diperhatikan bahwa kebugaran sebuah alel bukanlah
karakteristik yang tetap. Jika lingkungan berubah, sifat-sifat yang sebelumnya
bersifat netral atau merugikan bisa menjadi menguntungkan dan yang sebelumnya
menguntungkan bisa menjadi merugikan.
Seleksi
alam dalam sebuah populasi untuk sebuah sifat yang nilainya bervariasi,
misalnya tinggi badan, dapat dikategorikan menjadi tiga jenis. Yang pertama
adalah seleksi berarah (directional
selection), yang merupakan geseran nilai rata-rata sifat dalam selang waktu
tertentu, misalnya organisme cenderung menjadi lebih tinggi. Kedua, seleksi pemutus (disruptive
selection), merupakan seleksi nilai ekstrem, dan sering mengakibatkan dua nilai yang berbeda menjadi
lebih umum (dengan menyeleksi keluar nilai rata-rata). Hal ini terjadi apabila
baik organisme yang pendek ataupun panjang menguntungkan, sedangkan organisme
dengan tinggi sedang tidak. Ketiga, seleksi pemantap (stabilizing
selection), yaitu seleksi terhadap nilai-nilai ektrem, menyebabkan penurunan
variasi di sekitar nilai rata-rata. Hal ini dapat menyebabkan organisme secara
pelahan memiliki tinggi badan yang sama.
Kasus
khusus seleksi alam adalah seleksi seksual,
yang merupakan seleksi untuk sifat-sifat yang meningkatkan keberhasilan
perkawinan dengan meningkatkan daya tarik suatu organisme. Sifat-sifat yang
berevolusi melalui seleksi seksual utamanya terdapat pada pejantan beberapa
spesies hewan. Walaupun sifat ini dapat menurunkan keberlangsungan hidup
individu jantan tersebut (misalnya pada tanduk rusa yang besar dan warna yang
cerah dapat menarik predator). Ketidakuntungan keberlangsungan hidup ini
diseimbangkan oleh keberhasilan reproduksi yang lebih tinggi pada penjantan.
Bidang
riset yang aktif pada saat ini adalah satuan seleksi,
dengan seleksi alam diajukan bekerja pada tingkat gen, sel, organisme individu,
kelompok organisme, dan bahkan spesies. Dari model-model ini, tiada yang
eksklusif, dan seleksi dapat bekerja pada beberapa tingkatan secara serentak.
Di bawah tingkat individu, gen yang disebut transposon berusaha menkopi dirinya
di seluruhgenom.
Seleksi pada tingkat di atas individu, seperti seleksi kelompok,
dapat mengijinkan evolusi ko-operasi.
Contoh
seleksi alam misalnya yang terjadi pada ngengat biston betularia.
Ngengat biston betularia putih sebelum terjadinyarevolusi industri jumlahnya
lebih banyak daripada ngengat biston betularia hitam. Namun setelah
terjadinya revolusi industri,
jumlah ngengat biston betularia putih lebih sedikit daripada ngengat biston
betularia hitam. Ini terjadi karena ketidakmampuan ngengat biston betularia
putih untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Pada saat sebelum
terjadinya revolusi di Inggris, udara di Inggris masih bebas dari asap
industri, sehingga populasi ngengat biston betularia hitam menurun karena tidak
dapat beradaptsi dengan lingkungannya. namun setelah revolusi industri, udara
di Inggris menjadi gelap oleh asap dan debu industri, sehingga populasi ngengat
biston betularia putih menurun karena tidak dapat beradaptasi dengan
lingkungan, akibatnya mudah ditangkap oleh pemangsanya.
Kettlewell’s
seorang dari Oxford University pada tahun 1966 telah menyelidiki kupu hitam dan
putih Biston betularia (di Inggris). Kupu hitam banyak ditemui di
daerah industri (tercemar) dan sedikit di daerah yang tidak tercemar, dan kupu
putih sebaliknya.
Untuk
mengecek adanya perbedaan yang dikaitkan dengan penambahan lingkungan maka
Kettlewell’s mempelajari perkembangan populasi kupu ini dengan cara “Marking
recapture” yaitu menandai sejumlah kupu dari dua warna itu, kemudian dilepas di
daerah tercemar (Birminghan) dan di daerah yang tidak tercemar (Dorset),
setelah beberapa waktu ditangkap kembali, hasilnya sebagai berikut:
Tabel
1. Seleksi alam.
Birminghan
(tercemar)
|
Dilepas
|
Ditangkap
kembali
|
Hitam
|
477
|
19%
|
Putih
|
137
|
40%
|
Dorset(tak
tercemar)
|
||
Hitam
|
437
|
6%
|
Putih
|
496
|
12,5%
|
Kesimpulan:
1.
Penyebaran kupu hitam berkorelasi dengan derajat pencemaran.
2.
Ada mutasi putih ke hitam.
Demikian
pula yang diperlihatkan dalam penggunaan DDT terhadap serangga. Peningkatan
penggunaan DDT mengakibatkan berkurang kekebalannya terhadap serangga.
b.
Peran Kreatif Dari Seleksi Alam
Haldane
telah menghitung berapa lama fenotif baru dapat diciptakan. Misalnya, bila
setiap 15 gen berada dalam 1 persen dari individu suatu populasi, maka
kemungkinan 15 gen tersebut terdapat bersama – sama adalah 1 didalam
1030 individu. Tetapi belum pernah ada suatu populasi dari organisme
tinggi yang terdiri 1030 individu. Jumlah tanaman tinggi sepanjang sejarah
kehidupan belum pernah mencapai angka di atas. Sehingga kesempatan kelima gen
dapat berada bersama adalah sangat kecil. Lebih – lebih kesempatan ke-15 gen
itu berada bersama – sama pada beberapa individu. Dengan perkataan lain bahwa
fenotip yang dihasilkan oleh aksi bersama dari 15 gen tidak akan terdapat di
dalam populasi.
Masih
menurut Haldane, jika terdapat seleksi alam yang berjalan dalam tingkatan
sedang, hanya akan dibutuhkan waktu kurang lebih 10.000 tahun bagi setiap gen
untuk bertambah dari frekuensi 1 % menjadi 99 %. Jika setiap gen telah terdapat
di dalam 99 % dari populasi, 86 % dari individu di dalamnya akan mempunyai
ke-15 gen yang telah disebutkan di atas. Jadi pada peristiwa seleksi, meskipun
tanpa adanya mutasi baru dapat menghasilkan suatu fenotip baru dengan adanya
kombinasi gen.
Gambaran
sebenarnya dari perubahan yang telah diterangkan di atas secara hipotesis,
telah dibuktikan oleh para ahli pertanian dari Universitas Illionis (Amerika
Serikat). Percobaan tentang seleksi pada seleksi jangka panjang. Para ahli
memilih biji jagung dengan kandungan minyak tinggi dan dilakukan selama 50
generasi. Dalam waktu tersebut terdapat kenaikan kandungan minyak secara
berangsur – angsur. Hal tersebut terjadi dari formasi kombinasi gen yang dihasilkan
dari suatu sesi mutasi baru.
Perhitungan
sederhana dibawah ini menunjukkan percobaan di atas. Para ahli pertanian
menanam jagung sebanyak 200 – 300 pohon untuk setiap generasi. Dikalikan dengan
angka 50, maka jumlah jagung yang telah ditanam selama percobaan adalah 10.000
– 15.000, kecepatan mutasi untuk setiap gen jagung adalah 1 untuk setiap 50.000
tumbuhan. Hal itulah yang menyebabkan tidak mungkinnya satu mutan ke penambahan
kadar minyak tentu adanya suatu seri mutasi semacam itu tidak akan terjadi.
Penambahan secara berangsur dari kadar minyak selama 50 generasi dengan seleksi
harus bersandar pada pembentukan suatu kombinasi gen baru dan bukannya karena
mutasi.
Kombinasi
gen baru yang dihasilkan dari seleksi sering menghasilkan suatu perubahan alel
yang awalnya resesif menjadi dominan. Suatu alel tidak bertindak secara
otomatis sebagai resesif atau dominan. Latar belakang genetik menentukan
aktivitas suatu alel. Bila latar genesis berubah lewat pergeseran dari suatu
gen, maka aktivitas dari gen – gen lain sampai pada batas tertentu.
Secara
ringkas dapat dikatakan bahwa pada populasi biparental, seleksi alam atau
buatan menentukan arah perubahan. Sebagian besar dengan perubahan frekuensi
dari gen yang muncul karena mutasi sembarang (random mutation) dari beberapa
generasi sebelumnya. Hal ini akan mewujudkan adanya kombinasi gen yang berudan
aktivitas gen yang menghasilkan fenotip baru. Mutasi yang umumnya bukanlah
suatu kekuatan pengaruh pada evolusi, peran evolusi yang terutama bagi mutasi
baru (dan kombinasi baru dari gen) adalah pengganti persediaan variabilitas di
dalam gen pool, yang pada akhirnya melengkapi potensi mana seleksi yang akan
dating dapat bertindak.
c.
Peran Pengawet (Konservatif) dari Seleksi Alam
Telah
dijelaskan tentang peran kreatif seleksi alam yang mengarah ke pembentukan
kombinasi gen baru yang dapat member arah terhadap proses evolusi. Sebaliknya,
seleksi alam juga dapat berperan sangat penting sebagai factor konservatif atau
pengawet. Setiap organisme sepanjang perjalanan evolusinya, telah memiliki
susunan gen yang dapat saling mempengaruhi menurut jalan yang tepat dalam
mengatur proses pertumbuhan, faal, biokimia dimana kelangsungan hidup suatu
spesies tergantung. Segala sesuatu yang merusak interaksi harmonis dari genbiasanya
merugikan spesies yang bersangkutan. Tetapi pada populasi yang berbiak secara
seksual, penggolongan gen baru ini akan berkurang daya adaptasinya daripada
golongan asli (meskipun beberapa dapat lebih besar daya adaptasinya). Sebagian
besar dari adaptasi baru cenderung merusak penggolongan gen yang menguntungkan,
yang mana kekuatan hidup dari sesuatu spesies tergantung. Seleksi alam bekerja
secara tetap untuk melenyapkan semua kombinasi, kecuali kombinasi yang sangat
menguntungkan, mengimbangi rekombinasi dan mutasi merusak. Dengan demikian
seleksi alam juga merupakan faktor utama dalam mempertahankan stabilitas tanpa
hal itu tentu terjadi kekacauan.
d.
Adaptasi
Setiap
organisme dapat dikatakan merupakan suatu kumpulan kompleks dari sejumlah besar
adaptasi. Adaptasi yang terjadi memiliki hubungan dengan kebutuhan makanan,
pertukaran zat, transport di dalam jaringan, regulasi cairan tubuh, aktifitas
efektor, reproduksi dan lain sebagainya. Adaptasi merupakan setiap sifat yang
dikendalikan secara genetic yang membantu suatu organism atau spesies, untuk
dapat hidup dan berbiak pada keadaan lingkungan dimana spesies itu berada.
Adaptasi
pada organism dapat berupa bentuk, faal atau kelakuan. Adaptasi dapat secara
genetis sederhana yang dikendalikan oleh satu atau dua gen, atau dapat pula
kompleks yang dikendalikan oleh banyak sekali gen. Adaptasi dapat menyangkut
seluruh organ atau sistem organ. Dapat pula adaptasi bersifat sangat khusus,
atau berguna hanya pada suatu keadaan yang bermacam – macam.
Beberapa
contoh dari adaptasi yang mencolok, dimana proses tersebut untuk menjelaskan
proses – proses darimana adaptasi terwujud.
Kemampuan tumbuh dari tanaman padang rumput
Tahun
1937, Kemp seorang sarjana dari Amerika Serikat mengadakan percobaan tentang
kecepatan tumbuh tanaman yang berhubungan dengan adaptasi keadaan setempat.
Caranya dengan menaburi dengan biji – bijian dari rumput dan tanaman dari
polong – polongan pada suatu padang rumput di Maryland. Kemudian dibagi menjadi
dua bagian, satu bagian selalu dimakan oleh ternak dan sebagian lagi dibiarkan
tanpa diganggu. Tiga tahun setelah diadakan percobaan itu. Kemp mengambil tiga
jenis tanaman dari kedua bagian tersebut. Biji – biji dari ketiga tanaman
tersebut kemudian ditanam pada tanah percobaan dimana keadaan lingkungan dibuat
sesame mungkin untuk ketiga jenis tanaman. Didapatkan bahwa tanaman yang
diperoleh dari padang rumput yang selalu dimakan oleh ternak adalah cebol dan
tumbuh ke segala jurusan. Sedangkan tanaman dari padang rumput yang tidak
diganggu menampakkan pertumbuhan yang besar dan tegak lurus.
Dalam
waktu tiga tahun, kedua populasi yang terdiri dari jenis – jenis tanaman
diketahui berasal dari biji –bijian yang sama telah berbeda dalam cara
tumbuhnya. Cara tumbuh ini telah diketahui ditentukan secara genetik. Ternyata
ternak pada sebagian padang rumput telah memakan hampir semua tanaman tegak,
sedangkan tanaman yang rendah telah lolos dari ternak tersebut. Pada daerah
yang dimakan oleh ternak hanya tanaman yang rendah yang dapat terus berbiak
dengan bijinya, dalam waktu yang singkat terjadi seleksi yang kuat untuk
tanaman cebol dan tumbuh tidak lurus yang mempunyai adaptabilitas yang tinggi.
Sebaliknya pada bagian lain dari tanaman lapang itu, dimana tumbuh tanaman yang
tidak diganggu ternak, pertumbuhan tegak lurus secara adaptif adalah superior
dan tanaman cebol tidak akan dapat bersaing secara efektif.
Adaptasi Bunga untuk Penyerbukan
Tumbuh
– tumbuhan berbunga tergantung dari agen di luar untuk membawa tepung sari
bunga jantan suatu pohon ke bunga betina pohon lainnya. Bunga dari setiap
spesies pohon mempunyai adaptasi bentuk, struktur, warna, dan bau untuk agen
penyerbuk tergantung. Hal ini member gambaran yang jelas tentang adaptivitas
suatu evolusi.
Lebah
tertarik oleh warna terang dan oleh bau yang manis, aromatik, atau mentol.
Mereka hanya aktif pada siang hari dan mereka biasanya singgah dahulu pada
petal sebelum bergerak ke dalam bagian bunga yang mengandung madu dan tepung
sari. Bunga yang diserbuk oleh lebah mempunyai warna mencolok, suatu petal yang
berwarna terang dan biasanya kuning atau biru, tetapi jarang sekali merah.
Lebah tidak dapat melihat warna merah, tetapi dapat melihat warna kuning dan
biru dengan baik. Bunga yang biasanya mempunyai bau manis, aromatik, atau
mentol, biasanya membuka pada siang hari dan sering mempunyai bibir yang
menonjol dimana lebah dapat hinggap sebelum masuk kedalam bunga.
Ada
sejenis burung kecil (Hummingbird) pemakan madu, sebaliknya dapat warna merah
dengan baik dan warna biru tidak begitu baik. Burung ini tidak hinggap
melainkan mengapung di udara sambil menghisap madu, dengan penciuman yang
tajam. Bunga – bunga yang terutama diserbukkan oleh burung ini biasanya tidak
berbau dan tidak mempunyai tempat untuk hinggap. Berlainan dengan lebah dan
“Hummingbird”, kupu – kupu malam sangat aktif pada waktu senja dan malam hari.
Bunga- bunga yang diserbuk oleh kupu – kupu malam bisanya berwarna putih dan
membuka pada waktu senja atau malam hari. Bunga ini biasa mempunyai bau yang
sangat kuat sehingga dapat menuntun kupu – kupu tadi ketempat itu.
Berbeda
dengan contoh – contoh di atas, lalat hanya tertarik pada bau yang tidak enak.
Lalat adalah pemakan bangkai, kotoran, humus atau darah. Bunga – bunga yang
penyerbukannya tergantung dari lalat biasanya berwarna suram dan berbau tidak
enak. Bunga – bunga ini kadang berbentuk demikian sehingga dapat mengurung
lalat untuk sementara, sehingga bila lalat tersebut keluar dari bunga itu, maka
tubuhnya telah penuh dengan tepung sari. Tepung sari yang demikian kemudian
dapat terbawa ke bunga lainnya. Mekanisme perangkap ini terdapat juga pada
bunga – bunga yang diserbuk oleh kepik.
2.3 Gene pool dan Faktor – factor yang
mempengaruhi keseimbangannya
2.3.1 Pengertian Gene pool
Evolusi
adalah perubahan susunan genetik pada generasi yang berurutan. Untuk mengetahui
evolusi, sangat baik jika mengetahui tentang genetika dari populasi (population
genetik). Genetika individu selalu menyangkut konsep genotif yakni konstitusi
genetika pada individu. Studi mengenai genetika dari populasi juga tergantung
pada konsep gene pool, yakni konstitusi genetis suatu populasi.
Gene
pool adalah jumlah dari seluruh gen (termasuk plasma gen) yang dimiliki
oleh semua individu. Genotip dari individu diploid hanya dapat mempunyai suatu
maksimal jumlah dari dua alel dari suatu gen. Pembatasan ini tidak dijumpai
pada gene pool dari suatu populasi. Disini dapat terdapat setiap
jumlah dari gen. kita melihat gen pool dari sudut setiap macam gen dengan
frekuensi atau perbandingan alel gen A dan a pada suatu populasi yang berbiak
secara seksual. Dan misalnya juga bahwa alel A merupakan 90 % dari jumlah kedua
alel, sedangkan alel a merupakan 10 % dari jumlah itu. Akan kita katakan
kemudian bahwa frekuensi A dan a pada gen pool populasi ini adalah 0,9 dan 0,1.
Bila frekuensi ini berubah dengan berubahnya waktu, maka perubahan ini
merupakan perubahan evolusi.
Kalau
kita katakan bahwa evolusi adalah perubahan di dalam komposisi genetis dari
populasi, yang kita artikan adalah suatu perubahan dari frekuensi genetis di
dalam suatu gen pool. Itulah sebabnya faktor penyebab evolusi dapat
kita tentukan dengan menentukan faktor apa yang dapat menghasilkan suatu
pergeseran dari frekuensi genetis.
2.3.2 Hukum Hardy – Weinberg
Populasi
mendelian yang berukuran besar sangat memungkinkan terjadinya kawin acak
(panmiksia) di antara individu-individu anggotanya. Artinya, tiap individu
memiliki peluang yang sama untuk bertemu dengan individu lain, baik dengan
genotipe yang sama maupun berbeda dengannya. Dengan adanya sistem kawin acak
ini, frekuensi alel akan senantiasa konstan dari generasi ke generasi. Prinsip
ini dirumuskan oleh G.H. Hardy, ahli matematika dari Inggris, dan W.Weinberg,
dokter dari Jerman,. sehingga selanjutnya dikenal sebagai hukum
keseimbangan Hardy-Weinberg.
Di
samping kawin acak, ada persyaratan lain yang harus dipenuhi bagi berlakunya
hukum keseimbangan Hardy-Weinberg, yaitu tidak terjadi migrasi, mutasi, dan
seleksi. Dengan perkatan lain, terjadinya peristiwa-peristiwa ini serta sistem
kawin yang tidak acak akan mengakibatkan perubahan frekuensi alel.
Deduksi
terhadap hukum keseimbangan Hardy-Weinberg meliputi tiga langkah, yaitu :
(1)
Dari tetua kepada gamet-gamet yang dihasilkannya
(2)
Dari penggabungan gamet-gamet kepada genotipe zigot yang dibentuk
(3)
Dari genotipe zigot kepada frekuensi alel pada generasi keturunan.
Secara
lebih rinci ketiga langkah ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
Kembali
kita misalkan bahwa pada generasi tetua terdapat genotipe AA, Aa, dan aa,
masing-masing dengan frekuensi P, H, dan Q. Sementara itu, frekuensi alel
A adalah p, sedang frekuensi alel a adalah q. Dari populasi generasi tetua ini
akan dihasilkan dua macam gamet, yaitu A dan a. Frekuensi gamet A sama dengan
frekuensi alel A (p). Begitu juga, frekuensi gamet a sama dengan frekuensi alel
a (q).
Dengan
berlangsungnya kawin acak, maka terjadi penggabungan gamet A dan a secara acak
pula. Oleh karena itu, zigot-zigot yang terbentuk akan memilki frekuensi
genotipe sebagai hasil kali frekuensi gamet yang bergabung. Pada Tabel 15.1
terlihat bahwa tiga macam genotipe zigot akan terbentuk, yakni AA, Aa, dan aa,
masing-masing dengan frekuensi p2, 2pq, dan q2.
Tabel
2. Pembentukan zigot
pada kawin acak
Gamet-gamet
Edan frekuensinya
|
|||
A(p)
|
a(q)
|
||
Gamet-gamet
G
dan
frekuensinya
|
A
(p)
|
AA(p2)
|
Aa(pq)
|
a
(q)
|
Aa(pq)
|
aa(q2)
|
Oleh
karena frekuensi genotipe zigot telah didapatkan, maka frekuensi alel pada
populasi zigot atau populasi generasi keturunan dapat dihitung. Fekuensi alel A
= p2 + ½ (2pq) = p2 + pq = p (p + q) = p. Frekuensi alel a =
q2 + ½ (2pq) = q2 + pq = q (p + q) = q. Dengan demikian, dapat
dilihat bahwa frekuensi alel pada generasi keturunan sama dengan frekuensi alel
pada generasi tetua.
Kita
ketahui bahwa frekuensi gene pool dari generasi ke generasi pada
waktu ini (populasi hipotesis) adalah 0,9 dan 0,1; dan perbandingan genotip
adalah 0,81; 0,81; dan 0,01. Dengan angka – angka ini kita akan mendapatkan
harga yang sama pada generasi berikutnya. Hasil yang sama ini akan kita jumpai
pada generasi seterusnya, frekuensi genetis dan perbandingan genotip tidak
berubah. Dapat kita simpulkan bahwa perubahan evolusi tidak terjadi. Hal ini
dapat diketahui oleh Hardy (1908) dari Cambrige University
dan Weinberg dari jerman yang bekerja secara terpisah. Secara singkat
dikatakan di dalam rumus Hardy-Weinberg
“Di
bawah suatu kondisi yang stabil, baik frekuensi gen maupun perbandingan genotip
akan tetap (konstan) dari generasi ke generasi pada populasi yang berbiak
secara seksual”
2.3.3 Kondisi yang Diperlukan untuk
Keseimbangan Genetis
Perlu
diteliti apakah yang dimaksud dengan kondisi pada hokum Hardy – Weinberg,
sehingga menyebabkan gene pool dari suatu populasi berada di dalam
keseimbangan genetis. Kondisi tersebut digambarkan sebagai berikut:
Populasi
harus cukup besar, sehingga suatu faktor kebetulan saja tidak mungkin mengubah
frekuensi genetis secara berarti.
Mutasi
tidak boleh terjadi, atau harus terjadi keseimbangan secara mutasi.
Harus
tidak terjadi emigrasi dan imigrasi.
Reproduksi
harus sama sekali sembarang (random).
Secara
teoritis, suatu populasi harus begitu besar sehingga dapat dianggap bukan
merupakan faktor penyebab dari perubahan frekuensi genetis. Dalam kenyataan,
tidaklah ada populasi yang besarnya tidak terbatas, tetapi beberapa populasi
alami dapat cukup besar sehingga perubahan sedikit saja tidak cukup menjadi
penyebab dari perubahan yang berarti pada frekuensi genetis gene
poolmereka.
Suatu
populasi produktif yang terdiri lebih dari 10.000 anggota yang dapat berbiak,
mempunyai kemungkinan besar tidak dipengaruhi secara berarti oleh perubahan
sembarang, yang dapat menuju kepada lenyapnya suatu alel dari gene
pool, meskipun alel itu merupakan alel superior. Di dalam populasi yang
demikian, ternyata hanya terdapat sangat kecil alel yang mempunyai frekuensi
antara, rupanya semua alel itu mempunyai kecenderungan untuk hilang dengan
segera atau tertahan sebagai satu – satunya alel yang ada. Dengan perkataan
lain, populasi kecil mempunyai kecenderungan besar untuk menjadi homozigot,
sedangkan populasi besar cenderung untuk lebih bermacam – macam.
Jadi
suatu kesempatan dapat menyebabkan perubahan evolusi di dalam populasi kecil,
tetapi perubahan ini kadang – kadang disebut juga genetic drift atau
pergeseran genetis tidak dipengaruhi secara besar oleh adaptivitas relative
dari berbagai gen. Hal ini disebut sebagai evolusi pertengahan (intermediate
evolution). Syarat kedua bagi keseimbangan mutasi mungkin tidak dijumpai pada
suatu populasi.
|
Mutasi
selalu terjadi, tidak ada suatu cara apapun untuk mencegahnya. Hampir semua gen
mungkin mengalami mutasi sekali pada 50.000 sampai 10.000 pembelahan, kecepatan
mutasi pada berbagai macam gen berbeda. Sangat jarang mutasi alel dengan sifat
sama dapat sampai mencapai keseimbangan. Jadi jumlah mutasi maju jarang sekali
sama dengan mutasi balik di dalam suatu kesatuan waktu. Contoh mutasi alel A ke
alel a adalah mutasi maju, sedangkan mutasi dari a ke A adalah mutasi mundur.
Kecepatan
dari kedua mutasi ini jarang sekali akan terjadi dalam keadaan yang sama – sama
betul sama, salah satu mutasi yang akan terjadi lebih sering. Tekanan mutasi
ini akan cenderung untuk menyebabkan pergeseran perlahan – lahan pada frekuensi
genetis di dalam populasi. Alel yang lebih stabil akan cenderung untuk
bertambah frekuensinya, sedangkan alel yang mudah bermutasi akan cenderung
untuk berkurang frekuensinya, kecuali kalau ada faktor lain yang mengubah tekanan
mutasi ini. Meskipun tekanan mutasi selalu ada, tetapi mungkin sekali bahwa ini
merupakan faktor utama yang dapat menghasilkan perubahan pada frekuensi genetis
di dalam suatu populasi. Mutasi berjalan begitu lambat sehingga kalau bereaksi
secara tunggal akan membutuhkan waktu yang lama sekali untuk menimbulkan suatu
perubahan yang nyata (kecuali dalam hal poliploid).
Mutasi
terjadi secara sembarang (random) dan seringkali cenderung untuk mengarah pada
jurusan yang berbeda dari faktor – faktor lain yang menyebabkan organism
sesungguhnya harus berevolusi.
Mutasi
mempertinggi variabilitas sehingga dengan demikian merupakan bahan (raw
material) yang segera ada untuk evolusi, tetapi jarang menentukan arah atau
sifat dari perubahan evolusi.
Kalau gen
pool harus dalam keadaan seimbang, sudah barang tentu imigrasi dari
populasi lain tidak boleh terjadi kalau hal ini akan menyebabkan terjadinya
pemasukan gen baru. Hilangnya gene pool secara emigrasi harus tidak
boleh terjadi. sebagian besar populasi alami mungkin paling sedikit mengalami
migrasi genetis di dalam jumlah yang sangat kecil, dan faktor ini menambah
terjadinya variasi yang cenderung untuk mengacaukan keseimbangan
Hardy-Weinberg. Sangat disangsikan akan adanya suatu populasi yang bebas dari
migrasi genetis dan pada beberapa kejadian dimana migrasi genetis terjadi, hal
ini terjadi begitu kecil sehingga dapat diabaikan sebagai faktor yang
menyebabkan pergeseran frekuensi genetis. Itulah sebabnya dapat kita simpulkan
bahwa syarat ketiga untuk keseimbangan genetis kadang – kadang terjadi di alam.
Kondisi
untuk keseimbangan genetis di dalam populasi adalah perkembangbiakan atau
reproduksi yang random. Reproduksi atau perkembangbiakan tidak hanya
bertanggung jawab atas kelangsungan reproduksi dari suatu populasi. Seleksi
pasangan, efisiensi dan frekuensi proses perkawinan, fertilitas, jumlah zigot yang
terjadi pada setiap perkawinan, prosentase zigot yang menuju kea rah
pertumbuhan embrio dan kelahiran berhasil, kemampuan hidup keturunan sampai
mencapai umur berbiak. Hal tersebut mempunyai pengaruh langsung pada
keturunannya dalam arti keselamatan atau efisiensi dari reproduksi. Bila
reproduksi merupakan sesuatu yang sama sekali random, maka semua faktor yang
mempengaruhi harus random, yakni tidak terganggu dari genotip.
Keadaan
tersebut di atas mungkin tidak dijumpai pada suatu populasi. Faktor – faktor
tersebut mungkin selalu berhubungan dengan genotip, yakni genotip dari
organisme yang mempengaruhi pasangannya dan semua hal yang disebutkan di atas.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa tidak ada aspek reproduksi yang sama
sekali tidak mempunyai hubungan dengan genotip.
Reproduksi
tidak sembarang (nonrandom) adalah hokum umum. Reproduksi di dalam arti luas
adalah seleksi alam. Jadi seleksi selalu bekerja pada semua populasi. Sehingga
kalau kita simpulkan, empat kondisi yang diperlukan untuk keseimbangan genetis
yang diusulkan oleh hokum Hardy-Weinberg adalah:
·
Ditemukan pada populasi
besar.
·
Tidak pernah dijumpai
mutasi.
·
Tanpa migrasi.
·
Reproduksi random tidak
pernah dijumpai.
Suatu
keseimbangan yang lengkap di dalam gene pool tidak pernah dijumpai,
perubahan 2.3.4 Peranan Seleksi
Alam
Secara
evolusi adalah sifat – sifat fundamental dari kehidupan suatu populasi.
Setelah
ditemukan daya antibiotik dari penisilin, kemudian diketahui pula bahwa suatu
bakteri yang disebut Staphylococcus aureusdapat dengan cepat tumbuh
resistan terhadap antibiotic tersebut. Akan dibutuhkan dosis yang lebih tinggi
lagi untuk membunuh bakteri tersebut, jadi nyatalah bahwa di bawah pengaruh
seleksi penisilin yang kuat, maka populasi bakteri mengalami perubahan secara
evolusi. Fenomena ini telah diselidiki secara mendalam di laboratorium secara
eksperimental. Pada eksperimen tersebut menujukkan, kultur dari berjuta – juta
bakteri mati, dan hanya beberapa yang dapat hidup terus. Kalau sisa bakteri
yang hidup ini dikenai penisilin dari dosis yang sama, maka hampir semua
bakteri dapat hidup.
Gen
untuk kekebalan mungkin telah ada pada populasi sebelum percobaan di atas
dimulai, dan antibiotic hanyalah membunuh bakteri yang tidak mempunyai gen ini,
yang ditinggalkan hanyalah bakteri yang mempunyai gen kekebalan. Dengan
perkataan lain, penisilin mungkin hanya melakukan suatu tekanan seleksi yang
kuat terhadap gen yang tidak kebal, sehingga menyebabkan adanya pergeseran
besar pada frekuensi tersebut.
Beberapa percobaan
diketahui bahwa keterangan pertama rupanya benar. Obat ini tidak menyebabkan
adanya mutasi untuk kekebalan, hanya mengadakan seleksi terhadap bakteri yang
tidak kebal. Beberapa gen yang menentukan jalan metabolism yang menyebabkan
resistensi terhadap penisilin sudah ada di dalam kebanyakan populasi pada
frekuensi rendah yang muncul mula – mula sekali sebagai hasil mutasi sembarang.
Seandainya gen semacam itu belum ada pada populasi yang terkena penisilin,
tidak akan ada sel dari populasi yang dapat hidup dan populasi tersebut akan
tersapu bersih.
Hal
tersebut di atas, tidak berarti bahwa mutasi baru tidak dapat memperbaiki
kekebalan, malahan seleksi terus menerus oleh penisilin biasanya menuju ke arah
penambahan resistensi secara gradual. Hal ini sudah hampir dipastikan sebagai hasil
dari mutasi. Tetapi mutasi tidak dihasilkan oleh kondisi sama yang menyeleksi
gen mutan yang telah timbul.
Keuntungan
mutasi pada suatu keadaan keliling yang mengandung penisilin dapat timbul
sewaktu obat itu dimasukkan sebagai hal yang terjadi secara kebetulan. Sebab
mutasi yang serupa dapat juga timbul meskipun penisilin tidak ada. Evolusi
resistensi obat pada bakteri tidak dapat disamakan seluruhnya pada evolusi
organisme biparental, sebab seleksi yang hebat dapat mengubah frekuensi genetis
lebih cepat pada organism haploid aseksual daripada organisme biparental.
Rekombinasi
yang terjadi pada setiap generasi pada spesies biparental sering menimbulkan
kembali genotip yang hilang pada generasi sebelumnya. Hal ini tidak akan
terjadi pada organisme aseksual. Tetapi bagaimanapun juga, suatu tekanan
seleksi yang sangat kecil dapat menimbulkan suatu pergeseran besar pada
frekuensi gen suatu populasi biparental kalau jangka waktunya mencapai 50.000
tahun (meskipun waktu ini relative sangat pendek). Hal tersebut pernah
diperhitungkan Haldane bahwa jika suatu alel dominan yang memperkuat
suatu individu dibawa oleh satu bagian dari 1000 (misalnya 1000 individu dari
AA yang dapat hidup dan berbiak untuk alel dominan dapat bertambah dari alel
resesif).
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
§ Evolusi
berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi organisme dari
satu generasi ke generasi berikutnya.Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh
kombinasi tiga proses utama: variasi, reproduksi, dan seleksi.
§ Variasi
genetik dalam populasi yang merupakan gambar dari adanya perbedaan respon
individu-individu terhadap lingkungan adalah bahan dasar dari perubahan
adaptif. Suatu populasi terdiri dari suatu sejumlah individu. Dengan suatu
kekecualian , maka, tidak ada dua individu yang serupa, pada populasi
manusia dapat kita lihat dengan muda adanya perbedaan- perbedaan individu.
§ Mutasi
terjadi secara acak, yang beradaptasi hanya sebagian kecil. Bila suatu mutasi
mempunyai nilai ketahanan dan bentuk baru yang diturunkan telah nampak, maka
ketahanan, kedewasaan dan reproduksi dari bentuk baru itu tidak bersifat acak
lagi.
§ Ada
beberapa macam mutasi atas dasar sudut pandang tertentu :
o
Berdasarkan tempat
terjadinya
o
Berdasarkan macam sel
yang mengalami mutasi
o
Berdasarkan faktor
penyebab mutasi
o
Berdasarkan jumlah
faktor keturunan
o
Berdasarkan manfaat
bagi individu atau populasi yang mengalami
§ Rekombinasi
genetika merupakan proses pemutusan seunting bahan genetika (biasanya DNA,
namun juga bisa RNA)
yang kemudian diikuti oleh penggabungan dengan molekul DNA lainnya.
§ Aliran gen atau gene
flow merupakan pertukaran gen antar populasi, yang biasanya merupakan
spesies yang sama. Contoh aliran gen dalam sebuah spesies meliputi migrasi dan
perkembangbiakan organisme atau pertukaran serbuk sari.
Transfer gen antar spesies meliputi pembentukan organisme hibrid dan transfer gen horizontal.
§ Genetic
drift adalah lepasnya frekuensi alela secara kebetulan. Peristiwa ini
sangat berarti pada populasi yang sangat kecil. Kenyataannya 1 dari 2 alela
mempunyai peluang untuk lepas adalah kira-kira 0, 8%. Hilangnya gen selalu
mempengaruhi frekuensi alela pada beberapa tingkat tetapi pengaruh tersebut
menurun pada populasi yang berukuran besar.
§ Seleksi alam adalah proses
dimana mutasi genetika yang meningkatkan reproduksi menjadi (dan tetap) lebih
umum dari generasi yang satu ke generasi yang lain pada sebuah populasi. Ia
sering disebut sebagai mekanisme yang “terbukti sendiri”.
§ Gene
pool adalah jumlah dari seluruh gen (termasuk plasma gen) yang dimiliki
oleh semua individu. Genotip dari individu diploid hanya dapat mempunyai suatu
maksimal jumlah dari dua alel dari suatu gen.
§ Populasi
mendelian yang berukuran besar sangat memungkinkan terjadinya kawin acak
(panmiksia) di antara individu-individu anggotanya. Artinya, tiap individu
memiliki peluang yang sama untuk bertemu dengan individu lain, baik dengan
genotipe yang sama maupun berbeda dengannya. Dengan adanya sistem kawin acak
ini, frekuensi alel akan senantiasa konstan dari generasi ke generasi. Prinsip
ini dirumuskan oleh G.H. Hardy, ahli matematika dari Inggris, dan W.Weinberg,
dokter dari Jerman,. sehingga selanjutnya dikenal sebagai hukum
keseimbangan Hardy-Weinberg.
3.2 Saran
Setelah
mempelajari variasi genetic, mutasi gen dan frekuensi gen dalam populasi serta
hukum Hardy-Weinberg diharapkan penulis dan pembaca dapat mengerti dan
memahaminya.
DAFTAR PUSTAKA
Astika,
G.N, 2008. Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam.
Universiats Airlangga, Surabaya.
Corebima,
tanpa tahun. Evolusi Makhluk Hidup.
Ikip. Malang
Sukadana,
A.A. 1983. Antropologi-Ekologgi.
UNAIR Press. Malang
Waluyo, Lud.2004.
Evolusi Organik.
UMM Press. Malang
Anonymous.
2009. Variasi Genetik. http:// I:\blog-evolusi-dan-seleksi-alam.php.htm.
Diakses pada 22 Oktober 2014
Anonymous.
2009. Genetika Populasi. http:// Wikipedia.com. Diakses pada 22 Oktober 2014
Anonymous.
2009.Rekombinasi Gen. I:\rekombinasi-gen.html. Diakses pada 22 Oktober 2014
Anonymous.
2009. Seleksi Alam. http:// Seleksi_alam.htm. Diakses pada 22 Oktober 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar