BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
respirasi telah mulai ada beberapa ribu tahun yang lalu, sejak manusia
menyadari gunanya bernafas bagi kehidupan binatang. Dalam pengertian sehari-
hari, bernafas sekedar diartikan sebagi proses pertukaran gas di paru- paru,
tetapi secara biologis, pengertian respirasi tidaklah demikian. Prnafasan lebih
menunjukan kepada proses pembongkaran atau pembakaran zat sumber energi di
dalam sel- sel tubuh untuk memperoleh energi atau tenaga. Zat makanan sumber
tenaga yang paling utama adalah karbohidrat (Samsun, 2012 ).
Pada tahun
1780-an, seorang ahli kimia bangsa prancis bernama Lavoisier menyatakan bahwa
respirasi mrupakan suatu proses pembakaran, yang ditafsirkan secara cepat
sebagai reaksi kimia dari senyawa yang terbakar dengan oksigen. Selain itu Lavoisier
menunjukan bahwa udara yang dikeluarkan pada waktu bernafas mengandung uap air.
Kemudian Lavoisier menyimpulkan bahwa dalam respirasi, oksigen tidak hanya
mengikat karbon yang terdapat dalam jaringan hidup tetapi juga hidrogen. Dengan
demikian ia merupakan orang pertama yang menunjukan bahwa respirasi
menghasilkan CO2 dan air (Samsun, 2012).
Sedangkan
ingenhousa seorang ahli fisiologi tumbuhan bangsa belanda membuktikan bahwa
tidak hanya binatang saja yang melakukan pertukaran O2 dan CO2 dengan atmosfer,
tetapi tumbuhan dapat melaksanakan pertukaran gas dalam proses respirasi dan
fotosintesis. Respirasi merupakan suatu proses pelepasan energi kimia molekul-
molekul organik di dalam sel. Sedangkan
energi molekul- molekul organik adalah energi matahari yang disiapkan di
dalamnya, terjadi pada proses fotosintesis. Dengan demikian Respirasi merupakan
suatu proses penghasilan energi yang diperlukan untuk memecah molekul kompleks
menjadi molekul yang lebih sederhana, utamanya molekul gula sederhana menjadi
karbondioksida dan uap air serta energi. Respirasi dilakukan oleh semua
sel penyusun makhluk hidup, baik sel-sel tumbuhan, bakteri, protista, cendawan,
maupun sel hewan dan manusia (Samsun, 2012).
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan seblumnya, maka dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah
yang dimaksud Respirasi?
2. Bagaimana
Pertukaran gas dalam Respirasi?
3. Bagaimana
Substrat Respirasi?
4. Bagaimana
Ekstrak Energi Respirasi?
5. Bagaimana
Transver Respirasi?
6. Bagaimana
Reaksi- reaksi Kimia dalam Respirasi?
7. Apa
saja faktor- faktor berpengaruh terhadap Respirasi?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian dari Respirasi
2. Untuk
mengetahui pertukaran gas dalam Respirasi
3. Untuk
mengetahui substrat Respirasi
4. Untuk
mengetahui ekstrak energi respirasi
5. Untuk
mengetahui transver Respirasi
6. Untuk
mengetahui Reaksi- reaksi kimia dalam respirasi
7. Untuk
mengetahui faktor- faktor berpengaruh terhadap Respirasi.
BAB
II
ISI
A.
Pengertian Respirasi
Respirasi
merupakan suatu proses penghasilan energi yang diperlukan untuk memecah molekul
kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana, utamanya molekul gula sederhana
menjadi karbondioksida dan uap air serta energi. Respirasi dilakukan oleh
semua sel penyusun makhluk hidup, baik sel-sel tumbuhan, bakteri, protista,
cendawan, maupun sel hewan dan manusia Respirasi
adalah proses utama dan penting yang terjadi pada hampir semua makluk hidup,
seperti halnya buah. Proses respirasi pada buah sangat bermanfaat untuk
melangsungkan proses kehidupannya. Proses respirasi ini tidak hanya terjadi
pada waktu buah masih berada di pohon, akan tetapi setelah dipanen buah-buahan
juga masih melangsungkan proses respirasi. Pada tumbuhan, respirasi dapat berlangsung melalui
permukaan akar, batang, dan daun. Respirasi yang berlangsung melalui permukaan
akar dan batang sering disebut respirasi lentisel. Sedang respirasi
yang berlangsung melalui permukaan daun disebut respirasi stomata
(Nurfauziawati, 2011).
Menurut Santosa (1990), “Respirasi adalah reaksi oksidasi
senyawa organik untuk menghasilkan energi yang digunakan untuk aktivitas sel
dan dan kehidupan tumbuhan dalam bentuk ATP atau senyawa berenergi tinggi
lainnya. Selain itu respirasi juga menghasilkan senyawa-senyawa antara yang
berguna sebagai bahan sintesis berbagai senyawa lain. Hasil akhir respirasi
adalah CO2 yang berperan pada keseimbangan karbon dunia.
Respirasi berlangsung siang-malam karena cahaya bukan merupakan syarat”.
Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian
senyawa organik menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi
bahan organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik maupun
anaerobik. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan dihasilkan
karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob dimana oksigen
tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain karbondiokasida,
seperti alkohol, asetaldehida atau asam asetat dan sedikit energi (Lovelles,
1997)
Seperti yang diuraikan diatas, respirasi berlangsung baik
ketika ada maupun tidak ada oksigen. Ketika tidak ada oksigen terjadi
fermentasi, yang merupakan penguraian gula yang terjadi tanpa oksigen. Akan
tetapi, jalur katabolik yang paling dominan dan efisient adalah respirasi
aerobik, yang menggunakan oksigen sebagai reaktan bersama dengan bahan-bahan
organik (aerobic berasal dari kata Yunani aer, udara dan bios,
kehidupan). Beberapa prokariota menggunakan zat selain oksigen sebagai reaktan
dalam suatu proses yang serupa yang memanen energi kimia tanpa menggunakan
oksigen sama sekali. Proses ini disebut respirasi anaerobik (awalan an-
berarti ‘tanpa’). Secara teknis, istilah respirasi seluler mencakup proses
aerobik dan anaerobik. Akan tetapi, istilah tersebut berasal dari sinonim untuk
respirasi aerobik karena adanya hubungan antara proses tersebut dengan
respirasi organisme, dimana sebagian besar organisme menggunakan oksigen
(Campbell, 2010).
Berdasarkan kebutuhannya terhadap oksigen, respirasi dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu (Ata, 2011):
1. Respirasi Aerob, yaitu respirasi
yang memerlukan oksigen, penguraiannya lengkap sampai menghasilkan energi,
karbondioksida, dan uap air.
2. Respirasi Anaerob, yaitu proses
pembebasan energi yang tidak menggunakan oksigen. Contoh respirasi anaerob
adalah fermentasi.
Fermentasi dibedakan menjadi 2,
yaitu:
-
Fermentasi
Alkohol
Fermentasi
alkohol terjadi pada proses pembuatan tapai dan anggur. Fermentasi alkohol di
lakukan di lakukan oleh jamur ragi.
-
Fermentasi
Asam Laktat
Fermentasi
asam laktat terjadi pada otot manusia saat melakukan kerja keras dan persediaan
oksigen kurang mencukupi.
B. Pertukaran
Gas Dalam Respirasi
Pada tumbuhan oksigen yang dari luar masuk melalui
stomata, lentisel, dan celah-celah di antara sel- sel pada semua bagian dari
tumbuhan, demikian juga halnya dengan CO2 yang dihasilkan dalam proses
respirasi akan keluar dari sel secara difusi. Transver oksigen dan karbon
antara ruang interselular dan atmosfer di luar tumbuhan juga berlangsung
melalui difusi (samsun, 2012).
Pada jenis tumbuhan tertentu, kekurangan oksigen
akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tumbuhan tersebut. Dalam keadaan
tanah tergenang air akan menyebabkan kurangnya kadar oksigen di dalam tanah.
Sedangkan pada tanaman padi meskipun batangnya terendam air kebutuhan oksigen
dapat terpenuhi dikarenakan adanya rongga udara di sepanjang tubuhnya dan pada
jaringan akar rongga udara tersebut besarnya mencapai 5- 30 % (Samsun,2012).
Oksigen masuk ke dalam tubuh tumbuhan ini melalui
bagian tubuhnya yang berada kemudian didifusikan melalui ronga- rongga udara
tersebut sampai ke sel meristem ujung akar. Jaringan yang memiliki rongga-
rongga udara tersebut biasa disebut dengan jaringan Parenkim (Samsun, 2012).
C. Substrat
Respirasi
Substrat respirasi adalah setiap bahan organik
tumbuhan yang teroksidasi sebagian (menjadi senyawa teroksidasi) atau reteduksi
sempurna (menjadi karbondioksida dan uap air) dalam metabolisme respiratoris.
Umumnya substrat untuk respirasi adalah zat yang tertimbun dalam jumlah yang
relatif banyak dalam sel tumbuhan dan bukan zat yang merupakan senyawa antara
hasil dari penguraian. Hasil penguraian biasanya disebut metabolik antara. Didalam
organisme/ tumbuhan sebagai substrat yang utama adalah gula. Bahan dasar dalam
respirasi yakni semua macam karbohidrat, lemak, protein, nukleoprotein, vitamin
dan sebagainya. Penggunaan bahan bakar lain dari hidrat arang terjadi apabila
tumbuhan telah dalam keadaan kekurangan karbohidrat atau dalam keadaan
tertentu. Substrat respirasi yang terpenting di antara karbohidrat adalah
glukosa, fruktosa, sukrosa dan pati.
Glukosa dan fruktosa merupakan bahan dasar bagi
pembentukan karbohidrat yang lebih kompleks. Sukrosa (sebuah disakarida yang
terdiri dari glukosa dan fruktosa)dan pati (polimer dari glukosa) merupakan
bentuk karbohidrat cadangan yang penting di dalam sel.
Disamping karbohidrat, senyawa lainnya kadang-
kadang dapat berfungsi sebagai subtrat respirasi dalam beberapa janringan
tumbuhan. Sebagai contoh biji- bijian tertntu (jarak, kacang tanaha, biji
matahari) sangat kaya akan cadangan lemak yang terdapat dalam jaringan
endosperm disekitar embryo. Pada waktu beberapa hari pertama perkecambahan
sebagian besar dari lemak diubah menjadi sukrosa yang kemudian diabsorbsi dan
direspirasikan oleh embryo yang sedang tumbuh.
D. Ekstraksi
Energi Respirasi
Di dalam respirasi pelepasan energi kimia meliputi
tiga proses peting yang secara bertahap:
1. Oksidasi:
Proses dehidrogenasi atau pelepasan
H adalah tidak berbeda dengan oksidasi. Didalam respirasi aerobik penerima H
yang terakhir adalah O2.
2. Perombakan
molekul :
Karena
adanya oksidasi menyebabkan ikatan antara karbon dari molekul gula di rombak/
putus sehingga molekul- molekul karbon yang lebih kecil terbentuk dan molekul
tersebut dirombak lagi yang akhirnya hanya tertinggal satu karbon saja yaitu
CO2.
3. Pelepasan
enrgi:
Energi
yang terlepas tersebut dalam organism ada pula yang lepas sebagai panas, tetapi
sebagian besar dari nergi ditangkap oleh suatu molekul ADP yang kemudian
menjadi ATP. Dalam proses fosforilasi ini (penambahan P) energi pembakaran
ditampung dalam bentuk yang sudah dilepaskan untuk proses- proses yang terjadi
dalam tumbuhan (ATP, untuk panas, sintesa, pengambilan ion- ion dan
sebagainya). Enzim mempunyai peranan penting dalam reaksi kimia tersebut.
|
|
1. Perombakan
molekul CO2
![]() |
||||||
|
|
|||||
2.
Oksidasi

![]() |
3.
|
|
E. Transver
Respirasi
Respirasi adalah proses transver energi dari ikatan
kimia bahan bakar ke ikatan kimia ATP. Ikatan- ikatan kimia suatu zat- zat
organik umumnya menghasilkan energi yang rendah. Umpama ikatan antar karbon,
antara karbon dengan hidrogen, antara karbon dengan nitrogen, antara karbon dan
oksigen. Energi yang dibebaskan pada oksidasi atau senyawa seperti karbohidrat,
protein, lipid dan lain- lain, segera digunakan dalam sintesis ATP dari ADP dan
IP. Energi kimia dipindahkan / disimpan ke ATP dapat digunakan untuk
menggerakan reaksi sintesis, dan dalam proses itu dilepaskan ADP dan IP. Ikatan
yang menghubungkan gugus fosfat terakhir ke ATP disebut ikatan energi tinggi.
Jadi ATP sebagai senyawa perantara mampu menerima
energi dari satu reaksi dan memindahkan energi itu untuk menggerakan reaksi
lain.
F. Reaksi- Reaksi Kimia Dalam Respirasi
Pada umumnya substrat respirasi adalah karbohidrat,
dengan glukose sebagai molekul pertama. Reaksi kimia respirasi dibagi dalam
glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus Krebs, dan transpor elektron.
1. Glikolisis
Glikolisis adalah serangkaian reaksi yang mengubah
gula heksosa, (glukosa) menjadi asam piruvat. Jalur reaksi ini juga disebut
jalur Embden-Meyerhoft-Parnas (EMP) (dinamakan menurut tiga peneliti utama).
Jalur glikolisis juga memerlukan dasar dari respirasi anaerobik (fermentasi)
kalau sampai terbentuk alkohol/ etanol. Pada tahap glikolisis yakni: (1).
Glukosa → difosforilasi oleh enzim1dengan cara menstranfer gugus phosfat dari
ATP; (2) G-6-phosfat → disusun ulang menjadi isomernya oleh enzim2;(3) F-6-phosfat
→ difosforilasi oleh enzim3dengan cara mentransfer phosfat dari ATP; (4)
F-1,6-biphosfat → dipecah oleh enzim4menjadi dua molekul gula berkarbon tiga
yaitu DHAP dan GDP; (4a) DHAP diaktifasi dengan cara mengubah menjadi isomernya
GDP oleh enzim4a; (5) 2 mol GDP oleh enzim5dioksidasi oleh 2H+ke NAD+menjadi
2NADH+2H+, dan mengikat 2 gugus phosfat ke GDP; (6) 2 mol 1,3 biphosfoglycerat
oleh enzim6mengalami pemindahan gugus phosfat; (7) 2mol 3-phosfoglycerat oleh
enzim7mengalami relokasi gugus phosfat;(8) oleh enzim82mol 2-phosfoglycerat
dihidrolisis; (9) oleh enzim92 mol phosfoenolpiruvat mentransfer gugus phosfat
ke ADP.

Gb. Proses glikolisis
2. Dekarboksilasi
oksidatif piruvat
Dekarboksilasi
oksidatif adalah reaksi yang mengubah asam piruvat yang beratom 3 C menjadi
senyawa baru yang beratom C dua buah, yaitu asetil koenzim-A (asetil ko-A). asetil
koenzim-A (asetil ko-A) merupakan mata rantai penghubung antara glikolisis dan
daur krebs. Reaksi dekarboksilasi oksidatif ini (disingkat DO) sering juga
disebut sebagai tahap persiapan untuk masuk ke siklus Krebs. Pada
tahap ini.
-
Perubahan as.pyruvate menjadi acetyl CoA
merupakan reaksi persambungan antara glikolisis dengan siklus krebs
-
Reaksi; (a) gugus karboksil pada
as.pyruvat dilepas sebagai CO2 sehingga menjadi gugus asetil berkarbon dua; (b)
elektron H+ yang dikeluarkan dalam tahap a ditambahkan (direduksi) ke
NAD+menjadi NADH; (c) gugus asetil diikat oleh coenzyme A menjadi acetyl Co.

Gb. Tahap
siklus krebs
3. Daur
asam sitrat (Daur krebs)
Siklus
krebs disebut juga siklus asam sitrat, karena asam sitrat merupakan senyaw
antara yang penting, dan juga disebut siklus asam trikarboksilat, karena asam
sitrat atau asam isositrat sebagai senyawa antar tersebut memiliki 3 gugus
karboksil. Hal ini disebabkan siklus Krebs tersebut menghasilkan
senyawa yang mempunyai 3 gugus karboksil, seperti asam sitrat dan asam
isositrat. Asetil koenzim A masuk siklus Krebs melalui reaksi hidrolisis dengan
melepas koenzim A dan gugus asetil (mengadung 2 atom C), kemudian bergabung
dengan asam oksaloasetat (4 atom C) membentuk asam sitrat (6 atom C). Energi
yang digunakan untuk pembentukan asam sitrat berasal dari ikatan asetil koenzim
A. Selanjutnya, asam sitrat (C6) secara bertahap menjadi asam oksaloasetat (C4)
lagi yang kemudian akan bergabung dengan asetil Ko–A. Peristiwa pelepasan atom
C diikuti dengan pelepasan energi tinggi berupa ATP yang dapat
langsung digunakan oleh sel. Selama berlangsungnya reaksi oksigen yang diambil
dari air untuk digunakan mengoksidasi dua atom C menjadi CO2, proses
tersebut disebut dekarboksilasioksidatif. Dalam
setiap oksidasi 1 molekul asetil koenzim A akan dibebaskan 1 molekul ATP, 8
atom H, dan 2 molekul CO2. Atom H yang dilepaskan itu kemudian ditangkap
oleh Nikotinamid
AdeninDinukleotida (NAD) dan Flavin
Adenin Dinukleotida (FAD) untuk dibawa menuju sistem transpor yang
direaksikan dengan oksigen menghasilkan air Reaksi-
reaksi siklus krebs ini berlangsung pada mitokondria.
Reaksi Lengkap Siklus Krebs
(1) Dengan bantuan H2O asetil CoA
menyumbangkan gugus asetil kepada axaloasetat; (2) terjadi perubahan isomer
citrate menajdi isocitrate melalui dehidrasi H2O;(3) isocitrate dioksidasi
sehingga kehilangan CO2, dan mereduksi NAD+menjadi NADH; (4)
αketoglutaratdioksidasi sehingga kehilangan CO2, dan mereduksi NAD+ menjadi
NADH, terjadi juga transfer gugus phosfat ke ADP menjadi ATP;(5) succinate
dioksidasi untuk menyumbangkan dua hidrogen ke FAD; (6) fumarate disusun ulang
dengan menambahkan H2O;(7) malate dioksidasi untuk menyumbangkan hidrogen ke
NAD+ menjadi oxaloacetate.

Gb. Tahap lengkap
siklus krebs.
4.
Transpor aktif
Transpor elektron adalah suatu seri
reaksi yang menggunakan oksigen untuk mengubah molekul-molekul NADH dan FADH2
menjadi NAD dan FAD, air dan ATP yang berada di membrane mitokondria. Lintasan utama transpor elektron
dimulai dengan dua elektron dan dua ion H+ dipindahkan ke NAD,
sehingga direduksi menjadi NADH2. NADH2 memindahkan dua
elektron dan dua ion H+ ke suatu enzim flavin, flavin mononukleotida
(FMN) atau flavin adenin dinukleotida (FAD), sehingga mereduksi senyawa
tersebut. Energi yang diperlukan untuk mereduksi FAD kurang dari yang dilepaska
oleh oksidasi NADH2 dan energi sisanya digunakan untuk sintesis satu
molekul ATP dari ADP dan iP. Selanjutnya FADH2 mereduksi suati enzim
besi yang terkait dengan gugus SH. Senyawa ini mereduksi dua molekul enzim
porfirin-besi pemindah elektron yaitu sitokrom b. Sitokrom b mereduksi senyawa fenolik
menjadi kinon dan ubiquinon; pada titik ini perlu ditambahkan ion H+
dan eklektron. Elektron dari ubiquinon kemudian mereduksi sitokrom c, dua ion H+
meninggalkan sistem angkutan. Pada titik ini, dibebaskan energi yang cukup
untuk sintesis molekul aTP kedua untuk setiap dua elektron yang dipindahkan.
Sitokrom c mereduksi sitokrom a yang selanjutnya mereduksi sitokrom a3
dan pada titik ini dibentuk ATP ketiga untuk setiap dua elektron yang
dipindahkan.
Sitokrom a3 merupakan
anggota sistem transpor elektron yang dapat bereaksi dengan molekul oksigen.
Sitokrom a dan a3 membentuk suatu asosiasi molekuler yang disebut
sitokrom oksidase yang secara kimia belum dapat dipisahkan. Dua elektron
dipindahkan ke satu atom oksigen ( O2).
Ini menyempurnakan pemindahan dua elektron dari tingkat energi tinggi yang
dimiliki substrat (AH2) ke tingkat energi rendah yang terdapat dalam
air. Energi yang dilepaskan oleh oksidasi substrat disimpan dalam tiga molekul
ATP yang disintesis di sepanjang proses angkutan elektron. Untuk lebih jelasnya
perhatikan
gambar berikut:
gambar berikut:

Gb. Tahap Transpor aktif
G. Faktor-
Faktor Berpengaruh Terhadap Respirasi
Faktor-faktor
yang mempengaruhi respirasi dapat dibedakan menjadi dua faktor, yaitu (Ata,
2011) :
1. Faktor internal, merupakan faktor
yang berasal dari dalam tubuh tumbuhan itu sendiri, yaitu :
Ø a. Jumlah plasma dalam sel.
Jaringan-jaringan meristematis muda memiliki sel-sel yang masih penuh dengan
plasma dengan viabilitas tinggi biasanya mempunyai kecepatan respirasi yang
lebih besar daripada jaringan-jaringan yang lebih tua di mana jumlah plasmanya
sudah lebih sedikit.
Ø b. Jumlah substrat respirasi dalam sel.
Tersedianya substrat respirasi pada tumbuhan merupakan hal yang penting dalam
melakukan respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang sedikit akan
melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula. Sebaliknya, tumbuhan dengan
kandungan substrat yang banyak akan melakukan respirasi dengan laju yang
tinggi. Substrat utama respirasi adalah karbohidrat.
Ø c. Umur dan tipe tumbuhan. Respirasi
pada tumbuhan muda lebih tinggi dari tumbuhan yang sudah dewasa atau lebih tua.
Hal ini dikarenakan pada tumbuhan muda jaringannya juga masih muda dan sedang
berkembang dengan baik. Umur tumbuhan juga akan memepengaruhi laju respirasi.
Laju respirasi tinggi pada saat perkecambahan dan tetap tinggi pada fase
pertumbuhan vegetatif awal (di mana laju pertumbuhan juga tinggi) dan kemudian
akan menurun dengan bertambahnya umur tumbuhan.
2.
Faktor eksternal, adalah faktor yang
berasal dari luar sel atau lingkungan, terdiri atas:
Ø a. Suhu. Pada umumnya dalam batas-batas
tertentu kenaikan suhu menyebabkan pula kenaikan laju respirasi. Kecepatan
reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC,
namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies tumbuhan. Perlu diingat,
kenaikan suhu yang melebihi batas minimum kerja wnzim, akan menurunkan laju
respirasi karena enzim respirasi tidak dapat bekerja dengan baik pada suhu
tertalu tinggi.
Ø b. Kadar O2 udara.
Pengaruh kadar oksigen dalam atmosfer terhadap kecepatan respirasi akan
berbeda-beda tergantung pada jaringan dan jenis tumbuhan, tetapi meskipun demikian
makin tinggi kadar oksigen di atmosfer maka makin tinggi kecepatan respirasi
tumbuhan.
Ø c. Kadar CO2 udara.
Semakin tinggi konsentrasi karbondioksida diperkirakan dapat menghambat proses
respirasi. Konsentrasi karbondioksida yang tinggi menyebabkan stomata menutup
sehingga tidak terjadi pertukaran gas atau oksigen tidak dapat diserap oleh
tumbuhan. Pengaruh hambatan yang telah diamati pada respirasi daun mungkin
disebabkan oleh hal ini.
Ø d. Kadar air dalam jaringan. Pada
umumnya dengan naiknya kadar air dalam jaringan kecepatan respirasi juga akan
meningkat. Ini nampak jelas pada biji yang sedang berkecambah.
Ø e. Cahaya. Cahaya dapat meningkatkan
laju respirasi pada jaringan tumbuhan yang berklorofil karena cahaya
berpengaruh pada tersedianya substrat respirasi yang dihasilkan dari proses
fotosintesis.
Ø f. Luka dan stimulus mekanik. Luka atau
kerusakan jaringan (stimulus mekanik) pada jaringan daun menyebabkan laju
respirasi naik untuk sementara waktu, biasanya beberapa menit hingga satu jam.
Luka memicu respirasi tinggi karena tiga hal, yaitu: (1) oksidasi senyawa fenol
terjadi dengan cepat karena pemisahan antara substrat dan oksidasenya dirusak;
(2) proses glikolisis yang normal dan katabolisme oksidatif meningkat karena
hancurnya sel atau sel-sel sehingga menambah mudahnya substrat dicapai enzim
respirasi; (3) akibat luka biasanya sel-sel tertentu kembali ke keadaan
meristematis diikuti pembentukan kalus dan penyembuhan atau perbaikan luka.
Ø g. Garam-garam mineral. Jika akar menyerap
garam-garam mineral dari dalam tanah, laju respirasi meningkat. Hal ini
dikaitkan dengan energi yang diperlukan pada saat garam/ion diserap dan
diangkut. Keperluan energi itu dipenuhi dengan menaikkan laju respirasi.
Fenomena ini dikenal dengan respirasi garam.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya maka disimpulkan sebagai
berikut :
1. Respirasi adalah reaksi oksidasi
senyawa organik untuk menghasilkan energi yang digunakan untuk aktivitas sel
dan dan kehidupan tumbuhan dalam bentuk ATP atau senyawa berenergi tinggi
lainnya.
2. Pertukaran gas dalam respirasi, pada
tumbuhan oksigen yang dari luar masuk melalui stomata, lenti sel dan celah-
celah diantara semua bagian tumbuhan, CO2 yang dihasilakan dalam proses respirasi
akan keluar dari sel secara difusi.
3. Substrat Respirasi adalah setiap
senyawa organik penyusun protoplasma yang dioksidasikan dalam proses respirasi.
4. Ekstraksi energi kimia meliputi tiga
proses secara bertahap yakni: oksidasi, perombakan molekul, dan pelepasan
energi.
5. Transver energi merupakan proses
transver energi dari ikatan kimia bahan bakar ke ikatan kimia ATP senyawa berenergi tinggi lainnya.
6. Reaksi kimia dalam Respirasi secara
umum terjadi pada 4 tahap yaitu glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus
Krebs dan transpor elektron, dimana semuanya berlangsung di mitokondria kecuali
glikolisis.
7. Faktor-faktor
yang mempengaruhi laju respirasi terdiri dari faktor internal yaitu jumlah
plasma sel, jumlah substrat, umur dan tipe pertumbuhan. Faktor eksternal yaitu
suhu, kadar O2 di udara, kadar CO2 di udara, kadar air
dalam jaringan, cahaya dan luka stimulus mekanik
DAFTAR
PUSTAKA
Ata, Khaeriah. 2011. Makalah
Respirasi pada Tumbuhan. http://ataseulanga. blogspot.com/2011/03/makalah-respirasi-pada-tumbuhan.html.
DI
Akses pada tanggal 30 juni 2015
Campbell, dkk. 2010. Biologi. Penerbit Erlangga, Jakarta\
Hadi, samsun. 2012. Fisiologi tumbuhan. Universitas
muhammadiyah malang.
Lovelles, A. R.
1997. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropis. Gramedia,
Jakarta.
Luqman. 2010.
Faktor yang mempengaruhi laju respirasi. http://learning.kireifana.com/wp-
content/ diakses pada tanggal 30
juni 2015
Iskandar, La
Ode. 2012. Respirasi pada Tumbuhan. http://laodeiskandar.blogspot. com /2012/03/respirasi-pada-tumbuhan.html. DI Akses pada tanggal
30 juni 2015
Santosa. 1990.
Fisiologi Tumbuhan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.